Sungai Deli bagai kolam mewah bagi bocah-bocah pinggiran sungai deli, sebab anak-anak menghabiskan waktu bermainnya menyelaminya, tak hanya itu sungai deli juga menjadi sumber kehidupan, semua rutinitas berakhir di sungai deli seperti, mandi, mencuci piring, mencuci baju kecuali air Minum. Anak-anak daerah pinggiran sungai ini tergabung dalam Laskar Bocah Sungai Deli (Labosude). Komunitas yang sudah ada sejak 1 januari 2013 dan berpusat di kelurahan kampung Aur lingkungan III dan IV.
Labosude lahir dari masyarakat
yang digagas oleh Budi Bahar Yong bersama dua rekannya Safricab dan Faisal.
Budi mengatakan lahirnya Labosude karena kemauan anak-anak untuk dikoordinir
dalam rangka menyambut tahun baru 2013 silam. Saat itu mereka tidak punya dana,
Sehingga mereka mengajak anak-anak sambil bermain dan mengutip sampah dan
kemudian dijual, hasilnya ditabung dan dijadikan sebagai dana dalam menyambut
tahun baru, sisa uangnya dibelikan buku.
“Saat itu, dana tidak
ada dan kami berupaya mengajak anak-anak sambil bermain mengutip sampah dan
dijual, hasilnya ditabung untuk menyambut tahun baru, sisanya dibelikan buku.
Dari situlah lahirnya Labosude,” tutur Budi.
Lahirnya labosude bukan
sekedar ada, labosude bertujuan Mangajak anak-anak untuk bisa menjaga sungai
dan lingkungannya. Tak hanya itu, labosude juga memberikan pendidikan kepada
anak-anak pinggiran sungai deli sebagai generasi selanjutnya.
“Labosude, mempersiapkan
regenerasi pemimpin yang peduli lingkungan kedepannya dengan memberikan pendidikan Mental, Pengajian,
Pendidikan Umum dan pengembangan bakat di Sanggar Perkasa,” tambah Budi.
Safricab salah satu
pengagas labosude juga mengatakan, bahwa lahirnya labosude mempunyai dua
tujuan. Pertama, menanamkan ke hati masyarakat rasa peduli terhadap sesama, dan
kepedulian terhadap lingkungan dan memberikan contoh kepada masyarakat lain.
Menggerakkan masyarakat untuk perubahan perilaku, tentang kebersihan
lingkungan. Memberikan penjelasan dan penerangan kepada masyarakat agar
sama-sama menjaga lingkungan.
Kedua, Menjaga kebersamaan.
Dari dulu kami hidup harmonis, tentram dan saling hormat-menghormati. Melalui
pengajian pererat silaturahmi dan saling mengingatkan tentang kebersihan
lingkungan. Jelas Safricab saat diwawancarai (14 Juni 2015) lalu.
Berbagai langkah sudah
dilakukan Labosude, memberikan pendidikan, membuat minyak dari limbah plastik,
penanaman pohon dan membersihkan sungai deli setiap hari libur.
“Langkah yang sudah
dibuat labosude sudah uji coba pembuatan minyak dari limbah pelastik, penanaman
pohon, mengajari anak-anak tentang pendidikan,” terang Icab nama panggilannya.
Budi juga menambahkan,
program yang mereka buat sudah banyak, “liat saja di google, Labosude kampung
Aur. Seperti hari ini, kita baru saja mengadakan sunatan Masal (14 Juni 2015),”
Jelasnya.
Farhan bocah enam
tahun, mengatakan di labosude mereka belajar bernyanyi, Belajar Ngaji dan
membuat bunga.
Setiap tahun, Labosude
adakan upacara bendera di sungai dalam menyambut hari kemerdekaan Republik
Indonesia dan peringatan hari nasional lainnya seperti Peringatan Hari Pahlawan
yang diperingati setiap 10 November, hari bumi dan event nasional lainnya.
Ibu Neng warga kampung
Aur yang sudah 12 tahun tinggal di pinggiran sungai deli mengatakan, “kami setiap
tahun mengadakan Upacara di Sungai,” tuturnya.
Icab berharap dengan
‘Virus’ yang telah mereka sebarkan akan mampu menciptakan komunitas yang peduli
dengan sungai deli.
“Harapannya, bagaimana labosude-labosude ada
disepanjang sungai deli. terserah mau membentuk apa, yang jelas mereka lahir
dari labosude. Minimal mereka sudah mengambil dasar-dasar dari labosude,” tutup
Icab.
Saat ini, sudah ada
berbagai komunitas yang peduli dengan lingkungan sungai deli. Salah satunya
Kopasude (komunitas Peduli Anak Sungai Deli) yang visi dan misinya sama seperti
labosude dan Save Our Rivers Consortium yang bergerak dibidang pelestarian
lingkungan dan bertujuan untuk menghidupkan kembali Sungai Deli sebagai tempat
wisata dan menjadi Icon Kota Medan
nantinya.
Teks
: Amri Sagala
Tidak ada komentar:
Posting Komentar